Green Building & Gedung Hemat Energi Solusi Krisis Energi Indonesia

Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2015, bangunan mengonsumsi 40% energi, 25% air, dan 40% sumber daya di dunia. Bangunan disebut sebagai pemakan energi terbesar tak terkecuali di Indonesia. Padahal Indonesia saat ini berada di ambang krisis energi. Untuk itu, dibutuhkan langkah nyata untuk mengatasi hal tersebut.

Salah satu solusi yang diambil pemerintah terkait hal ini adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau yang mewajibkan setiap gedung yang akan dibangun bersertifikasi hemat energi. Untuk mendukung terealisasinya peraturan ini, maka Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang memiliki perhatian khusus terhadap isu lingkungan dan krisis energi mengadakan 2016 Green Building and Energy Management Seminar (2016 GEMS).

Ir. Farida Zed, M.E., Direktur Konservasi Energi DJEBTKE, ESDM (Dok. UMN)

Ir. Farida Zed, M.E., Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mengatakan penghematan energi pada bangunan merupakan aspek prioritas dari pemerintah. “Pada tahun 2030, diperkirakan bangunan-bangunan di dunia yang tidak hemat energi akan menjadi penyumbang sepertiga emisi total CO2. Padahal, Indonesia merupakan satu dari tiga negara pengonsumsi energi terbesar di dunia. Hingga saat ini, sebanyak 85% konsumsi energi Indonesia masih dipenuhi dari energi fosil. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan tindakan preventif melalui peraturan-peraturan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya terkait penghematan energi,” papar Farida dalam acara 2016 GEMS yang dilangsungkan Rabu, (20/4).

Dalam kesempatan yang sama, Naning Adiwoso selaku Direktur Green Building Council Indonesia menjelaskan keterkaitan erat antara filosofi gedung hijau dengan kesehatan. “Dalam 24 jam, 85-90% orang-orang berada di dalam bangunan. Jika bangunan tersebut adalah bangunan yang tidak memiliki konsep hemat energi yang baik, maka orang-orang yang ada di dalam bangunan itu sama dengan menghirup racun selama 24 jam. Green building selain bisa mengurangi biaya operasional suatu bangunan juga memiliki fungsi lain, yaitu untuk menyehatkan orang-orang yang ada di dalamnya”, tukasnya.

Dalam salah satu sesi Sharing Knowledge, Andrey Andoko, Wakil Rektor UMN memberikan salah satu penerapan konsep gedung hemat energi pada Gedung New Media Tower UMN yang dinobatkan sebagai juara pertama Energy Efficient Building kategori Tropical Building pada ASEAN Energy Award 2014.

“Sejak pembangunan gedung kampus pertama kali, UMN sudah sangat memperhatikan masalah lingkungan. Di Gedung New Media Tower, konsep hemat energi diterapkan seutuhnya dengan cara mengontrol panas dan sinar matahari yang masuk ke ruangan dan juga meminimalkan penggunaan AC. Beberapa cara di antaranya adalah melalui pengontrolan panas menggunakan double skin facade yang terdiri dari tembok lapisan dalam dan lapisan plat alumunium berlubang-lubang kecil sebagai lapisan luar. Gedung New Media Tower juga memiliki banyak ruang terbuka yang menggunakan ventilasi udara alami. Dengan demikian ruangan menjadi tidak panas sehingga penggunaan AC bisa berkurang,” jelasnya. Dengan pengurangan ini, Andrey mengakui bahwa UMN bisa mengurangi konsumsi listrik hingga 47%. (GN)