Pernahkah kamu merasa terganggu dengan bunyi klakson dari kendaraan bermotor di persimpangan jalan? Pernahkah juga kamu merasa tidak nyaman ketika ada pesawat tempur saat melintas di atas langit rumahmu? Atau apakah pernah merasa terganggu jika kamu sedang konsentrasi belajar, tiba-tiba teman di sampingmu sedang bernyanyi dengan suara keras seperti tokoh ‘Giant’ pada kartun Doraemon?
Apa yang pernah kamu rasakan di atas merupakan hal yang wajar kok. Hal-hal tersebut termasuk golongan fenomena suara yang bernama bising (noise). Bising berdasarkan KBBI, memiliki definisi: “Suatu keadaan di mana telinga berasa seakan-akan pekak (karena mendengar bunyi yang tidak karuan).”
Namun, bising sebenarnya tidak hanya suara keras yang terdengar di telinga saja, bisa juga berupa suara yang menimpa suara lain, sehingga tidak terdengar jelas atau bisa juga suara rendah namun menghasilkan getaran yang sebenarnya tidak diperlukan, seperti suara pada AC, alat pemotong rumput, alat pengering rambut, dan lainnya. Di program studi (prodi) Teknik Fisika Universitas Multimedia Nusantara (UMN), konsep bising akan dipelajari baik secara teori maupun praktek.
Seperti gambar di atas, dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) teman-teman mahasiswa Teknik Fisika UMN sedang menguji tingkat nilai bising kendaraan pada jam 12.30 WIB yang tengah melintasi jalan raya di depan kampus UMN, apakah berbahaya atau tidak bagi penghuni kampus UMN.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, bahwa pada kawasan sekolah atau kampus, bising yang boleh terpapar pada lingkungan tersebut maksimal 55 desibel. Dari hasil pengukuran dan kajian perhitungan yang telah dilakukan, ternyata bising kendaraan yang melintasi jalan raya di depan kampus UMN sekitar 69 desibel. Karena nilai ini lebih besar dari 55 desibel, maka kondisi kampus UMN sebenarnya relatif berbahaya bagi penghuni kampus. Lalu, apa upaya kampus UMN dalam meminimalisir bising tersebut?
Eits, gedung UMN selain dirancang hemat energi, juga sudah dirancang secara terpadu untuk menanggulangi bising tersebut, diantaranya adalah:
- Secara konfigurasi struktur gedung, denah gedung utama UMN yang menghadap jalan raya didesain secara cekung. Keuntungannya adalah sebagian bising yang menerpa gedung akan dipantulkan kembali ke sumber bisingnya.
- Posisi ruang kelas sebagian besar dialokasikan berada di bagian sisi belakang gedung utama atau tidak berdekatan dengan sisi jalan raya.
- Bukaan fasad yang langsung menghadap jalan raya tertutup rapat, jadi hampir sebagian besar tidak ada bukaan yang dapat dibuka. Bukaan itu adalah sesuatu yang bisa dibuka baik untuk saluran udara maupun untuk saluran cahaya, seperti pintu, jendela, ventilasi, dan lainnya.
- Hampir seluruh kawasan kampus UMN ditumbuhi oleh pepohonan hijau. Selain memberikan udara yang sejuk, pemandangan hijau yang indah, rindangnya pepohonan ini dapat mereduksi bising hampir 5 desibel.
Teman-teman mahasiswa Teknik Fisika UMN kembali menguji salah satu lobbi yang berada di gedung UMN dan dengan kondisi tidak ada aktivitas internal yang terjadi, ternyata hasilnya berada pada nilai 44 desibel.
Nah itu dia, sebagian kecil kegiatan prodi Teknik Fisika UMN. Bagaimana dengan tempatmu? Apakah gedung/bangunan di tempatmu juga sudah memenuhi kriteria untuk mengantisipasi kebisingan? (MS/CRA)